Studi Kasus Cloud Computing (Tugas 2)

Anggota Kelompok:

Bangun Marlina Retno B 
Bobby Harjolaksono
Lucky Maharani
M. Aldi Rizki R
Seftian Fajar
 



STUDI KASUS CLOUD COMPUTING PADA BIDANG PERTANIAN

Permasalahan
Permasalahan utama yang dihadapi Indonesia berkaitan dengan pemanfaatan TIK dalam bidang Pertanian adalah belum terbangunnya secara efisien sistem TIK bidang Pertanian mulai dari hulu (penelitian tinggi dan strategis) sampai hilir (pengkajian teknologi spesifik lokasi dan diseminasi penelitian kepada petani). Efisiensi sistem TIK di sektor pertanian ini perlu dibangun melalui sinkronisasi program litbang pertanian mulai dari hulu sampai hilir dan sinkronisasi program litbang pertanian dengan lembaga penelitian lainnya. Selain itu, efisiensi sistem TIK bidang pertanian ini perlu didukung dengan sistem pendidikan pertanian yang mampu menghasilkan peneliti yang berkemampuan (competent) dan produktif (credible). Juga perlu dibangun kembali sistem diseminasi hasil-hasil penelitian dan inovasi teknologi pertanian kepada petani yang lebih efektif dan efisien. Dengan mengintegrasikan TIK khusus-nya cloud computing dalam pembangunan pertanian berkelanjutan melalui peningkatan pengetahuan dan wawasan petani, maka petani akan berpikir dengan cara berbeda, berko-munikasi secara berbeda, dan mengerjakan kegiatan bertaninya secara berbeda pula.

Cloud Computing
Istilah Cloud Computing akhir-akhir ini semakin sering terdengar. Namun sebenarnya imple-mentasi konsepnya sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sebelum internet berkembang seperti sekarang. Saat ini memang cloud computing identik dengan internet. Namun bila dilihat dari konsepnya, cloud juga ada pada jaringan yang lebih kecil, seperti LAN atau MAN.

Secara umum, definisi cloud computing (komputasi awan) merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer (komputasi) dalam suatu jaringan dengan pengembangan berbasis internet (awan) yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program atau aplikasi melalui komputer – komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama, tetapi tak semua yang terkonekasi melalui internet menggunakan cloud computing.
Teknologi komputer berbasis sistem Cloud ini merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna. Teknologi ini mengizinkan para pengguna untuk menjalankan program tanpa instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses data pribadi mereka melalui komputer dengan akses internet.

Karakteristik Cloud Computing :
1. On-Demand Self-Services
Sebuah layanan cloud computing harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna melalui mekanisme swalayan dan langsung tersedia pada saat dibutuhkan.
2. Broad Network Access
Sebuah layanan cloud computing harus dapat diakses dari mana saja, kapan saja, dengan alat apa pun, asalkan kita terhubung ke jaringan layanan. Contoh HP, Tablet.
3. Resource Pooling
Sebuah layanan cloud computing harus tersedia secara terpusat dan dapat membagi sumber daya secara efisien.
4. Rapid Elasticity
Sebuah layanan cloud computing harus dapat menaikkan (atau menurunkan) kapasitas sesuai kebutuhan.
5. Measured Service
Sebuah layanan cloud computing harus disediakan secara terukur, karena akan digunakan dalam proses pembayaran.
Cloud computing mempunyai 3 tingkatan layanan yang diberikan kepada pengguna, yaitu:
1. Infrastructure as service, hal ini meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network. Contohnya seperti Amazon Elastic Compute Cloud dan Simple Storage Service.
2. Platform as a service, hal ini memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, infrastructure scaling, load balancing dan lain-lain. Contohnya yang sudah mengimplementasikan ini adalah Force.com dan Microsoft Azure investment.
3. Software as a service: Hal ini memfokuskan pada aplikasi dengan Web-based interface yang diakses melalui Web Service dan Web 2.0. Contohnya adalah Google Apps dan SalesForce.com.

Berikut ini adalah beberapa komponen penting yang ada pada arsitektur cloud computing :
1. Klien atau End User
Ini karena hardware, aplikasi dan semua yang berkaitan dengan cloud computing dikembangkan untuk klien. Tanpa adanya klien atau pengguna software pada cloud computing, semuanya akan sia-sia.
Klien untuk cloud computing ada 2 jenis, yaitu komponen hardware dan kombinasi komponen hardware dan software. Optimasi dapat dilakukan di 2 tempat, yaitu kapasitas lokal dan security software. Melalui optimasi hardware dengan security, aplikasi dapat dijalankan dengan baik.
2. Service atau fungsi dari cloud computing
Salah satu alasan kenapa cloud computing menjadi populer adalah karena layanan ini diperlukan oleh dunia bisnis. Ini karena bisnis memerlukan cara untuk mengefisienkan proses bisnis, yang berarti keuntungan akan meningkat.
3. Aplikasi data backbone dari layanan
Service kadang dianggap sebagai aplikasi. Ini memang setengah benar karena servis menyediakan fungsi. Adapun aplikasi adalah apa yang dikembangkan oleh software developer / programmer dimana mereka harus fokus untuk memastikan aplikasi berjalan dengan benar.
4. Platform atau infrastruktur soft untuk aplikasi
Pada website atau aplikasi normal yang tidak berhubungan dengan cloud computing, pada umumnya aplikasi akan berhubungan secara langsung dengan server. Namun pada cloud computing, aplikasi dijalankan ke aplikasi lain yang disebut dengan istilah platform. Platform ini biasanya berupa bahasa pemrograman seperti AJAX, PHP, atau Ruby on Rails.
Pada tahap ini seorang pengembang harus menggunakan bahasa pemrograman yang sesuai dengan platform yang digunakan. Ini dikarenakan bahasa pemrograman mempunyai platform dan run time environment sendiri-sendiri.
5. Storage atau gudang data
Semua aplikasi dan fungsi harus disimpan pada media simpan. Media simpan cloud ini akan menyimpan data dan informasi sehingga fungsi dapat diimplementasikan dengan baik. Optimasi storage berkaitan dengan bagaimana fasilitas storage diproteksi dari berbagai ancaman serta serangan.
6. Infrastruktur, yaitu komponen backbone dari cloud computing.
Semua fungsi, servis, dan kemampuan storage untuk menyediakan data hanya dapat diakses jika infrastrukturnya optimal. Infrastruktur ini bisa dianggap sebagai platform akhir yang memungkinkan semuanya bisa dijalankan.
Pemanfaatan Cloud Computing Dalam Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan
Visi pembangunan pertanian berkelanjutan adalah terwujudnya kondisi ideal skenario konstitusi Indonesia yang disebut adil dan makmur, dan mencegah terjadinya lingkaran malapetaka kemiskinan. Visi ini diterima secara universal sehingga pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi prinsip dasar pembangunan pertanian secara global, termasuk di Indonesia. Oleh karena itulah pengembangan sistem pertanian menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi utama pembangunan pertanian di Indonesia.

Pembangunan pertanian berkelanjutan diimplementasikan ke dalam rencana pembangunan jangka panjang Kementerian Pertanian seperti yang tertuang dalam visi jangka panjangnya sebagai berikut: “Terwujudnya sistem pertanian industrial berdaya saing, berkeadilan dan berkelanjutan guna menjamin ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat pertanian”.

Pertanian industrial adalah sosok pertanian yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) pengetahuan merupakan landasan utama dalam pengambilan keputusan, memperkuat intuisi, kebiasaan, atau tradisi; (2) kemajuan teknologi merupakan instrumen utama dalam pemanfaatan sumberdaya; (3) mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksi barang dan jasa; (4) efisiensi dan produktivitas sebagai dasar utama dalam alokasi sumberdaya; (5) mutu dan keunggulan merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan; (6) profesionalisme merupakan karakter yang menonjol; dan (7) perekayasaan merupakan inti nilai tambah sehingga setiap produk yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Sektor pertanian berperan sangat strategis dalam pengentasan penduduk miskin di wilayah pedesaan karena sebagian besar penduduk miskin di wilayah pedesaan bergantung pada sektor tersebut. Dengan kata lain, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat strategis untuk dijadikan sebagai instrumen dalam pengentasan penduduk miskin. Kemajuan sektor pertanian akan memberikan kontribusi besar dalam penurunan jumlah penduduk miskin di wilayah pedesaan. Demikian pula, basis bagi partisipasi petani untuk melakukan perencanaan dan pengawasan pembangunan pertanian harus dibangun sehingga petani mampu mengaktualisasikan kegiatan usahataninya secara optimal untuk menunjang pertumbuhan pendapatannya. Hasil-hasil pembangunan harus terdistribusi makin merata antar sektor, antar subsektor dalam sektor pertanian dan antar lapisan masyarakat agar tidak ada lagi lapisan masyarakat yang tertinggal dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan meningkat.

Dalam “World Summit on the Information Society five years on: Information and communications Technology for Inclusive Development” (ESCAP 2008) dinyatakan bahwa wilayah Asia-Pacific menghadapi berbagai tantangan dalam menghadapi target tujuan pembangunan pada millennium pertama (antara 1990 dan 2015), sejumlah penduduk menderita karena kelaparan. Keberlanjutan pertanian dan keamanan pangan terancam oleh rendahnya hasil pertanian, miskinnya pengelolaan sumber daya tanah dan air, serta pendidikan tenaga kerja bidang pertanian yang berada di bawah standar. Kondisi penduduk tersebut juga sangat rentan terhadap bencana, seperti kekeringan, banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Teknologi informasi dan komunikasi dapat diterapkan dalam mendukung manajemen sumber daya, pemasaran, penyuluhan dan mengurangi resiko kehancuran untuk membantu meningkatkan produksi pangan dan mengurangi ancaman terhadap ketahanan pangan.

Hasil penelitian Wahid (2006) terhadap pemanfaatan kafe internet, faktanya diketahui bahwa penggunaan internet (aplikasi teknologi informasi) cenderung dimanfaatkan khususnya untuk meningkatkan kapabilitas pendidikan secara personal dan pengalaman internet, sekolah-sekolah di Indonesia dan negara berkembang lainnya dapat memainkan peranan yang penting dalam mengembangkan sikap dan keahliannya untuk meningkatkan manfaat sosial dari penggunaan web. Hal ini berarti juga mendidik masyarakat dalam bagaimana caranya menggunakan web tersebut untuk mencari informasi yang tepat dan relevan dalam bahasa yang dapat dipahami. Selanjutnya, Purbo (2002) memiliki argumentasi bahwa pergerakan golongan akar rumput (grassroots movements) mendorong pengembangan akses dan pemanfaatan internet di Indonesia.

Meskipun masih terdapat beberapa kendala sehingga pemanfaatan TIK menjadi sangat kompleks dan sulit untuk diadopsi, TIK sebenarnya dapat menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk mencapai suatu tingkatan tertentu yang lebih baik bagi petani. Hal ini ditunjukkan ketika beberapa lembaga penelitian dan pengembangan menyampaikan studi kasus yang mendeskripsikan bagaimana TIK telah dimanfaatkan oleh petani dan stakeholders
usahawan pelaku bidang pertanian sehingga memperoleh peluang yang lebih besar untuk memajukan kegiatan usahataninya. Keberhasilan pemanfaatan TIK oleh petani di Indonesia dalam memajukan usahataninya ditunjukkan oleh beberapa kelompok tani yang telah memanfaatkan internet untuk akses informasi dan promosi hasil produksinya.

Melalui akses informasi digital dari internet, petani mengenal inovasi teknologi pertanian hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti-peneliti Badan Litbang Pertanian seperti budidaya komoditas tanaman pangan, hortikultura dan sebagainya. Promosi melalui internet dapat memutus hubungan petani dengan tengkulak yang sering memberikan harga jauh di bawah harga pasar (Sigit et al. 2006). Melalui Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Desa–Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui inovasi (UPIPD-P4MI) yang dilaksanakan oleh Badan Litbang Pertanian, petani di sekitar lokasi UPIPK sudah memanfaatkan internet untuk akses informasi dan promosi hasil pertanian yang diusahakan (P4MI 2009).

Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung pembangunan pertanian
berkelanjutan di antaranya adalah:
1.      Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan nasional.
2.      Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk: 1) Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara pencapaiannya; 2) Meningkatkan kemam-puan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya, serta 3) Meningkatkan kemam-puan petanidalam melakukan diversifikasi usahatani dan merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input yang tersedia, jumlah produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar menyerap output.
3.      Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan peman-faatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.
4.      Memfasilitasi dokumentasi informasi per-tanian di tingkat lokal (indigeneous know-ledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui unit kerjanya mempunyai tugas dalam penyebarluasan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian, dan mempunyai beberapa fungsi yang terkait pembangunan pertanian yakni dalam hal penyebaran informasi teknologi dan hasil-hasil penelitian pertanian melalui pengembangan jaringan informasi dan promosi inovasi pertanian dan pengembangan aplikasi teknologi informasi. Dengan tugas dan fungsi tersebut tentunya Badan Litbang Pertanian juga bertanggung jawab mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan dengan menerapkan teknologi cloud computing.

Ketersediaan sumberdaya informasi menjadi salah satu potensi lainnya yang penting bagi Badan Litbang Pertanian. Berbagai jenis informasi pertanian dalam format yang beragam tentunya menjadi sumber rujukan yang sangat berharga bagi pencari informasi. Badan Litbang Pertanian melalui unit kerjanya, PUSTAKA dapat menciptakan Agricultural Information Repository yang mencakup seluruh database perpustakaan UK/UPT lingkup Kementerian Pertanian.

Infrastruktur teknologi informasi (TI) dan sumberdaya manusia (SDM) yang menjadi penggerak dalam teknologi cloud computing tentunya tidak dapat diabaikan begitu saja. Ketersediaan kedua potensi ini harus saling bersinergi sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal dalam mewujudkan pemanfaatan cloud computing menuju pembangunan pertanian berkelanjutan.

Hambatan Yang Dihadapi
Meskipun disadari TIK memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung pembangun-an pertanian berkelanjutan, namun sampai saat ini petani di dunia, khususnya di Indonesia masih belum diperhitungkan dalam bisnis TIK dan lingkungan kebijakan. Fakta yang agak mengejutkan adalah bahwa aplikasi TIK memiliki kontribusi yang tidak terukur secara ekonomi bagi masing-masing GDPs. Dalam waktu yang sama, pemanfaatan TIK dalam pembangunan pertanian berkelanjutan membutuhkan proses pendidikan dan peningkatan kapasitas karena masih terdapat kesenjangan secara teknis maupun keterampilan dalam bisnis secara elektronik (e-business).

Berdasarkan Survei yang dilakukan oleh the International Society for Horticultural Sciences(ISHS) hambatanhambatan dalam mengadopsi TIK oleh petani khususnya petani hortikultura, yaitu: keterbatasan kemampuan; kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat TIK, waktu, biaya dari teknologi yang digunakan, integrasi sistem dan ketersediaan software.Untuk responden dari negara-negara berkembang menekankan pentingnya “biaya teknologi TIK” dan “kesenjangan infrastruktur teknologi (Taragola et al. 2009).

TIK memiliki peranan yang sangat penting dalam pertanian modern dan menjaga keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan. Namun demikian, untuk wilayah negara-negara berkembang masih banyak mengalami kendala dalam aplikasinya untuk mendukung pemba-ngunan pertanian berkelanjutan. Tantangan yang umum dihadapi adalah bahwa akses telepon dan jaringan elektronik di perdesaan dan wilayah terpencil (remote area) sangat terbatas; telecenter yang menawarkan layanan TIK masih langka karena biaya yang diperlukan akibat tingginya investasi dan biaya operasional yang dibutuhkan. Kekurangan pada tingkatan lokal dalam aplikasi TIK perlu dipikirkan dalam merancang strategi aplikasi TIK sesuai dengan kondisi di lapangan yang spesifik lokasi baik melalui kapasitas teknologi tradisional, seperti siaran radio pemerintah dan masyarakat perdesaan dapat bekerja bersama untuk melayani pengguna atas dasar profitabilitas di samping ada unsur sosial untuk mendukung keberlanjutan aplikasi TIK di tingkat perdesaan.

Konsep Implementasi Cloud Computing
Perkembangan TIK dalam perangkat komputer, teknologi komunikasi, dan internet khususnyacloud computing dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan
yang ada di pusat informasi pertanian (Kementerian Pertanian) ataupun lembaga penelitian dan pengembangan pertanian lainnya. Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang usahatani masyarakat dan meningkatkan pendapatan petani.

Salah satu yang direkomendasikan untuk implementasi TIK dalam pemberdayaan di negara berkembang adalah sebuah telecenter atau pusat multimedia komunitas. Diharapkan dapat dilengkapi dengan akses internet dan penggunaan telepon genggam untuk meningkatkan akses pengusaha dan petani di perdesaan akses informasi untuk meningkatkan
kesejahteraannya. TIK merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk knowledge sharing, namun seringkali belum dapat memecahkan permasalahan pembangunan yang disebabkan oleh isu sosial, ekonomi dan politik. Informasi pun seringkali belum dapat digunakan sebagai pengetahuan karena belum mampu diterjemahkan langsung oleh masyarakat (Servaes 2007).

Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi) pertanian yang dipromosikan oleh para penyuluh pertanian sering tidak sesuai dan tidak mencukupi. Hal ini
memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada petani dan penyuluh sangat terbatas.
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan  efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan
implementasi TIK melalui cloud computing dan peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk mewujudkan jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk mendiseminasikan inovasi teknologi pertanian.

Rekomendasi implementasi TIK melalui cloud computing untuk menuju pembangunan pertanian yang berkelanjutan dapat mendorong terjadinya knowledge sharing untuk meningkatkan fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan demikian, peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian.

Karena masih banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam pemanfaatan cloud computing, maka hal ini dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya yang ada di daerah. Pemanfaatan cloud computing diarahkan untuk mendukung percepatan akses pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber informasi yang dibutuhkan sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses pertukaran informasi antar pihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian berkelanjutan.

Kesimpulan
Pembangunan pertanian berkelanjutan merupa-kan isu penting yang strategis. Dalam menghadapi era globalisasi pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan IPTEK pertanian termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pertanian berkelanjutan melalui penyediaan informasi pertanian yang tepat waktu dan relevan memberikan informasi yang tepat guna kepada petani untuk pengambilan keputusan dalam berusahatani, sehingga efektif meningkatkan produktivitas, produksi dan keuntungan. Pemanfaatan cloud computing sebagai sumber segala informasi pertanian dapat memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input produksi, tren
konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transpor-tasi, informasi peluang pasar dan harga pasar masukan maupun hasil pertanian sangat penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi.

Cloud Computing adalah sebuah cara yang memungkinkan kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan pengguna dan membayar yang digunakan saja oleh pengguna. Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses dan memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan investasi besar-besaran. Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di bidang TIK.

Beberapa hambatan dalam pemanfaatan TIK khususnya cloud computing untuk menuju pembangunan pertanian berkelanjutan di antaranya adalah: belum memadainya kapasitas di bidang teknologi informasi, infrastruktur penunjang tidak mendukung operasi pengelolaan dan penyebaran informasi pertanian yang berbasis teknologi informasi, belum memadainya biaya untuk operasional teknologi informasi terutama untuk biaya langganan ISP untuk pengelolaan informasi melalui internet/cloud computing, dan tempat akses informasi melalui aplikasi teknologi informasi masih terbatas. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil Perusahaan Yang Bergerak Dalam Bidang Teknik Informatika

Konvergensi Teknologi

Manusia Dan Penderitaan